“Kriiing…..Kriing…!”telepon di rumah Sinta bordering. Sinta yang tengah tertidur lelap pun terbangun kaget, sembari menggerutu ia beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas menuju telepon rumahnya berada. “Halo . . . . . Sinta disini dengan siapa saya berbicara ??” “SINTA . . . . kamu kok ngangkat telponnya lama sekali mamah sampe kesal tau ga!!!” bentak mamah Sinta dari telepon. “Maaf mah. Mamah kan tau sendiri aku kalo lagi tidur gimana… lagian ngapain sih telpon pagi-pagi gini!! Ada apa mah??” jawab Sinta sembari menguap.”begini . . . mamah Cuma mau ngingetin kamu supaya nanti siang jangan lupa jemput mamah di bandara.”jelas mamah. ”ya ampun . . . . iya iya Sinta ga lupa. . .udah yah mah Sinta tutup telfonnya…bye…” . Sinta pun menutup telfonnya dan menuju ke kamarnya untuk tidur kembali. Sinta pun kembali terlelap dalam tidurnya. Detik demi detik berlalu . . . menit demi menit terbuang . . . sinta masih tertidur lelap di kamarnya sampai jam menunjukkan pukul 09.30 ia terbangun karena mendengar bunyi alarm HP nya yang ke-20 kalinya. Sembari bangun dari tempat tidurnya ia berusaha meraih HP nya yang terletak diatas meja disamping tempat tidurnya. Sinta melirik jam dinding di kamarnya sembari bergumam “Aduuh jam brapa sih skarang!!! Ah … baru jam 09.30… APA!!!! JAM 09.30!!!! OH MY GOD!!!! Setengah jam lagi mamah sampe di bandara!!!!” Sinta pun panik dan bergegas menuju ke kamar mandi. 15 menit kemudian . . . . “aduuuh gawat gimana ini mana bibi lagi pulang kampong gimana caranya aku sarapan . . . Ah biarin deh dari pada mamah ngambek telat dijemput.” Sinta pun menyambar tas, kunci mobil dan handphonenya. Ia pun bergegas mengunci pintu rumahnya dan melajukan mobilnya menuju bandara. Karena pada hari itu jalanan macet, Sinta pun memilih jalan pintas supaya tidak terjebak kemacetan. Disaat yang bersamaan mobil dari arah berlawanan yang hendak bertabrakan dengannya mengklakson Sinta yang saat itu tengah memegangi hpnya karena takut mamahnya menelpon. Sinta mendengar itu pun terkejut dan langsung mengerem mendadak. Belum hilang rasa kagetnya dari arah pintu mobil terdengar kaca jendela mobilnya diketuk dengan kencang sehingga hampir saja kaca itu retak. Sinta pun beranjak keluar dari mobilnya. “ugh . . . Ada apa sih!!! Ga usah nggedor-nggedor ngapa!!! Ucap Sinta dengan nada sinis kepada seorang lelaki tampan berkulit putih yang memakai kemeja putih dan celana pensil dengan sepatu bertalinya yang hampir bertabrakan dengannya. “ada apa ada apa . . gue ini yang harusnya marah ke elo. Kalo nyetir tuh yang bener!! Hampir aja nabrak gue!!”jawab lelaki itu dengan keras. “ eh kalo ngomong tuh ga usah nyolot donk . . . byasa aja kaleee!! Lagian juga baru hampir kan . . .!!!” balas Sinta dengan nada yang sungguh menyebalkan. Mereka pun terus berdebat tentang hal itu sampai Sinta lupa harus enjemput ibunya. Tiba-tiba handphone Sinta bordering. Sinta pun buru-buru mengangkatnya karena yang menelepon itu adalah ibunya. “ ya? Halo mah . . . Sinta lagi on the way ke bandaraa nih . . . bentar lagi sampe kok . . . mamah tunggu di sana aja dulu . . oke mah bye mah . . .” Sinta pun memutuskan teleponnya tanpa memberi ibunya kesempatan untuk bicara dan bergegas masuk ke dalam mobil. Namun lelaki itu tidak terima kalo Sinta pergi gitu aja. “eh mau kemana loe !!! urusan kita belum selesai!!! Maen pergi aja turun loe!!!” protes lelaki itu. “eh udah deh gue ga mau rebut sama loe! Nyokap gue udah nunggu di bandara.”jelas Sinta. Sinta pun melajukan mobilnya tanpa menghiraukan lelaki itu. Sesampainya di bandara Sinta bergegas memarkir mobilnya dan langsung masuk ke bandara untuk mencari ibunya. Dua jam telah berlalu namun ibu Sinta tetap tidak ditemukan Sinta pun yang sudah lelah mencari pun akhirnya menuju ke ruang tunggu. Disaat Sinta tengah duduk santai terdengar berita kecelakaan. “Pemirsa telah terjadi kecelakaan pesawat dalam perjalanan dari Los Angeles menuju Jakarta.” Sinta yang mendengar hal itu pun kaget dan langsung melayangkan pikiran ke mamah nya yang seharusnya sudah sampai dari Los Angeles.. “Jangan jangan . . . . Ga ini ga mungkin . . . . mamah . . . .”
Bersambung . . . . . . .